Ribuan Warga Israel Protes Netanyahu

Ribuan Warga Israel Protes Netanyahu
Demo Protes Warga Israel - Al Jazeera

MAKNews,Tel Aviv – Ribuan warga Israel kembali turun ke jalan di Tel Aviv dan Yerusalem pada Sabtu (28/6/2025), menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mencapai kesepakatan guna membebaskan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza. Protes ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan setelah konflik militer 12 hari antara Israel dan Iran yang berakhir dengan gencatan senjata pada 24 Juni 2025. Demonstrasi ini menandai kembalinya aksi massa setelah sempat terhenti selama dua minggu akibat aturan darurat selama konflik dengan Iran


Tuntutan Pembebasan Sandera
Para pengunjuk rasa, termasuk keluarga dari sekitar 50 sandera yang masih ditahan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, mengecam Netanyahu karena dianggap memprioritaskan agenda politik ketimbang nasib sandera. Einav Zangauker, ibu dari salah satu sandera, Matan, menyatakan dalam aksi di Tel Aviv, “Ada kesepakatan di meja, dan yang menghalanginya adalah penolakan Netanyahu untuk mengakhiri perang.” Menurut laporan, dari 251 sandera yang diculik, hanya sekitar 20 yang diperkirakan masih hidup, meningkatkan urgensi untuk negosiasi.


Ketegangan Pasca-Konflik dengan Iran
Netanyahu, yang mengklaim “kemenangan bersejarah” atas Iran setelah serangan yang melumpuhkan sebagian program nuklir Tehran, menyatakan bahwa konflik tersebut membuka “peluang besar” untuk membebaskan sandera. Dalam kunjungannya ke fasilitas Shin Bet di Israel selatan pada 29 Juni 2025, ia berkata, “Pertama-tama, kita harus membebaskan sandera. Tentu saja, kita juga harus menyelesaikan masalah Gaza dan mengalahkan Hamas, tapi saya yakin kita akan mencapai kedua tujuan tersebut.” Namun, pernyataan ini mendapat respons skeptis dari keluarga sandera, yang menilai fokus Netanyahu tetap pada operasi militer ketimbang negosiasi damai.
Konflik dengan Iran, yang melibatkan serangan rudal dan pemboman fasilitas nuklir oleh AS dan Israel, memicu protes domestik di Israel. Ribuan warga mengecam kebijakan Netanyahu, terutama karena dianggap mengabaikan krisis kemanusiaan di Gaza. Menurut jajak pendapat Maariv, hampir dua pertiga warga Israel menginginkan perang di Gaza segera diakhiri, dan 52% ingin Netanyahu mundur.

Baca Juga  Kerusuhan di Los Angeles: Bentrokan akibat Operasi Imigrasi ICE dan Kebijakan Deportasi Trump


Kontroversi Keterlibatan IDF
Meski ada klaim bahwa anggota Israel Defense Forces (IDF) turut memprotes, tidak ada bukti kuat yang mendukung keterlibatan resmi pasukan aktif IDF dalam demonstrasi. Namun, ketegangan internal terlihat dari kritik mantan pejabat militer dan intelijen, seperti pemecatan kepala Shin Bet, Ronen Bar, pada Maret 2025, yang memicu protes terpisah. Klaim tentang “IDF memprotes” kemungkinan berasal dari generalisasi atau misinformasi di media sosial.


Tekanan Internasional dan Politik Dalam Negeri
Tekanan untuk mengakhiri perang di Gaza juga datang dari Presiden AS Donald Trump, yang pada 29 Juni 2025 memposting di Truth Social, “BUAT KESEPAKATAN DI GAZA. PULANGKAN SANDERA!!!” Trump bahkan memperkirakan kesepakatan gencatan senjata bisa dicapai dalam seminggu. Namun, Hamas bersikeras pada penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai syarat pembebasan sandera, sebuah tuntutan yang ditolak Netanyahu, yang tetap menargetkan “penghancuran total Hamas.”


Di dalam negeri, koalisi sayap kanan Netanyahu, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menentang gencatan senjata yang tidak mencakup penghapusan Hamas. Sementara itu, mantan Perdana Menteri Naftali Bennett dan pemimpin oposisi Yair Lapid mendesak kesepakatan segera untuk membebaskan sandera. Bennett bahkan menyebut kegagalan Netanyahu menangani serangan Hamas 2023 sebagai “kegagalan besar yang tidak akan dilupakan.”


Menuju Kesepakatan?
Meski ada harapan baru untuk negosiasi setelah gencatan senjata dengan Iran, pembicaraan dengan Hamas tetap buntu. Hamas menawarkan pembebasan semua sandera dengan imbalan penarikan pasukan Israel dan akhir perang, tetapi Netanyahu menegaskan bahwa Hamas harus menyerah dan meninggalkan Gaza. Sementara itu, protes di Israel terus berlanjut, dengan demonstrasi pada 28 Juni menampilkan simbolisme kuat, seperti pengunjuk rasa mengenakan kostum badut dengan topeng Trump dan Netanyahu, mengecam kebijakan pemerintah.

Baca Juga  NAACP Tolak Undang Donald Trump ke Konvensi Nasional 2025, Sebut Misinya Berlawanan dengan Hak Sipil

Krisis sandera dan perang di Gaza tetap menjadi isu yang memecah belah di Israel, dengan publik menuntut solusi segera di tengah tekanan domestik dan internasional. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui sumber terpercaya seperti Reuters, Al Jazeera, atau The Times of Israel.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *