MAKNews, Prancis – Demonstrasi besar-besaran di Prancis pada 10 September 2025 yang diselenggarakan oleh gerakan “Blokir Semuanya” (Bloquons tout) dipicu oleh beberapa faktor, yang sebagian besar terkait dengan kebijakan penghematan yang diusulkan oleh pemerintah. Langkah Penghematan dan Kebijakan yang Menjadi Pemicu Protes:
Pemotongan Anggaran Besar-besaran: Pemerintah Prancis di bawah Perdana Menteri sebelumnya, François Bayrou, mengusulkan anggaran yang sangat ketat dan “austerity budget” (anggaran penghematan). Anggaran ini bertujuan untuk mengurangi defisit publik dan mengendalikan utang negara.
Penghapusan Hari Libur Nasional: Salah satu langkah kontroversial dalam anggaran tersebut adalah usulan untuk menghapus dua hari libur nasional. Ini dianggap oleh banyak warga sebagai tindakan yang tidak adil dan merugikan pekerja.
Pemotongan Layanan Publik: Kebijakan ini mencakup pemotongan anggaran untuk berbagai sektor layanan publik. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak langsung pada kualitas layanan yang diterima masyarakat, seperti di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Kebijakan Pajak dan Fiskal: Meskipun tidak secara spesifik disebutkan secara rinci, ada kekhawatiran umum tentang kebijakan pajak yang dianggap tidak menguntungkan bagi rakyat kecil.
Penyebab Lain yang Memicu Protes:
Ketidakstabilan Politik: Demonstrasi ini juga mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap ketidakstabilan politik di Prancis. Pergantian perdana menteri yang sering terjadi menunjukkan bahwa pemerintah kesulitan mendapatkan dukungan rakyat dan parlemen.
Ketidakpercayaan terhadap Presiden Macron: Banyak pengunjuk rasa secara langsung menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap Presiden Emmanuel Macron. Mereka merasa bahwa Macron mengabaikan suara rakyat dan terlalu fokus pada kebijakan yang dianggap menguntungkan elite. Spanduk-spanduk dengan tuntutan “Macron mundur” menunjukkan sentimen ini.
Perasaan “Muak” dan Gerakan Spontan: Protes ini disebut-sebut sebagai ekspresi “seluruh Prancis, perasaan muak” (tout la France, un sentiment de ras-le-bol) terhadap situasi yang ada. Gerakan ini dimulai secara daring melalui media sosial dan Telegram, tanpa struktur kepemimpinan yang jelas pada awalnya, mirip dengan gerakan “Rompi Kuning” (Gilets Jaunes) yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa protes tersebut muncul dari frustrasi akar rumput yang luas.
Tuntutan Pembubaran Majelis Nasional: Sejumlah demonstran juga menuntut agar Presiden Macron membubarkan Majelis Nasional dan menyelenggarakan pemilihan umum lebih awal. Ini adalah upaya untuk menekan perubahan politik yang lebih mendalam.
Secara keseluruhan, demonstrasi pada 10 September 2025 di Prancis adalah kombinasi dari respons langsung terhadap kebijakan penghematan yang tidak populer dan luapan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap sistem politik, ketidakstabilan pemerintah, dan kepemimpinan Presiden Macron.***