Dalam rangka hari Bhayangkara ke 79, 1 Juli kali ini kita akan mengenal dan mengenang tokoh Polisi jujur yang pernah ada di Indonesia: Hoegeng Imam Santoso
Hoegeng Imam Santoso (lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921 – meninggal di Jakarta, 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah salah satu tokoh kepolisian Indonesia yang paling dihormati dan dikenang karena integritas serta kejujurannya yang luar biasa. Ia adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) ke-5 yang menjabat pada periode 1968-1971.
Hoegeng lahir dari keluarga priyayi. Ayahnya, Soekario Kartohatmodjo, adalah seorang jaksa. Sejak kecil, Hoegeng dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan cerdas. Ia menempuh pendidikan di berbagai institusi, termasuk:
- ELS (Europeesche Lagere School) di Pekalongan
- MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Yogyakarta
- AMS (Algemene Middelbare School) di Semarang
- Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia (Jakarta)
Selama masa pendudukan Jepang, Hoegeng juga sempat mengikuti pendidikan kepolisian dan menjadi salah satu dari 20 pemuda Indonesia yang beruntung bisa menempuh pendidikan kepolisian di Jepang.
Karier di Kepolisian
Karier Hoegeng di kepolisian dimulai sejak masa revolusi. Ia menjabat di berbagai posisi penting yang mengasah kemampuan kepemimpinannya dan memperkuat komitmennya terhadap keadilan. Beberapa posisi yang pernah dipegangnya antara lain:
- Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Surabaya
- Kepala DPKN SOSPOL (Dinas Pengawasan Keselamatan Negara Bidang Sosial Politik)
- Kepala Jawatan Imigrasi
- Deputi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian Urusan Operasi
- Menteri Iuran Negara
- Menteri Sekretaris Kabinet
- Panglima Angkatan Kepolisian (Kapolri)
Hoegeng dikenal luas karena keberaniannya dalam memberantas korupsi dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Ia menolak segala bentuk suap dan intervensi dalam menjalankan tugasnya. Beberapa contoh integritasnya yang melegenda:
- Kasus Sum Kuning: Hoegeng bersikeras menuntaskan kasus pemerkosaan yang melibatkan anak pejabat tinggi, meskipun banyak tekanan untuk menutupinya.
- Kasus Penyelundupan Mobil Mewah: Ia pernah menolak hadiah mobil mewah yang sengaja ditinggalkan di rumahnya dan memerintahkan agar mobil tersebut dikembalikan.
- “Polisi Jujur”: Julukan ini melekat padanya karena gaya hidupnya yang sederhana dan penolakannya terhadap segala bentuk kemewahan yang tidak sesuai dengan penghasilannya sebagai pejabat negara. Ia bahkan pernah menutup toko bunga istrinya agar tidak disalahgunakan untuk gratifikasi.
Setelah diberhentikan sebagai Kapolri pada tahun 1971, Hoegeng tetap menjadi simbol integritas. Ia menjalani masa pensiun dengan sederhana dan tetap aktif menyuarakan kebenaran serta mengkritisi kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat.
Hoegeng Imam Santoso meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi institusi kepolisian dan bangsa Indonesia. Ia adalah teladan nyata tentang bagaimana seorang pejabat negara harus bersikap: jujur, berani, dan berdedikasi tinggi demi kepentingan rakyat. Kisah hidupnya terus menjadi inspirasi bagi banyak orang dan namanya diabadikan sebagai salah satu pahlawan kejujuran di Indonesia.***