Dalam kancah pergerakan dan perjuangan hak-hak rakyat di Indonesia, nama Moh. Jumhur Hidayat bukanlah sosok asing. Sejak era mahasiswa hingga kini, di usianya yang menginjak 56 tahun, semangatnya untuk memberdayakan masyarakat, khususnya kaum buruh dan pekerja, tak pernah padam. Sosok kelahiran Bandung, 18 Februari 1968 ini, adalah cerminan dari konsistensi dan dedikasi yang luar biasa. Berikut ini jejak dan kiprah Jumhur Hidayat berdasarkan sumber-sumber yang tersedia.
Perjalanan Awal dan Dedikasi pada Pergerakan
Perjalanan seorang Jumhur Hidayat dimulai dari bangku perkuliahan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai mahasiswa, ia dikenal vokal dan berani menyuarakan keadilan di tengah-tengah kuatnya cengkeraman rezim militer Orde Baru. Aksi-aksi demonstrasinya bahkan berujung pada penangkapan di tahun 1989 dan pemecatan dari ITB. Namun, hal itu tak sedikit pun mematahkan semangatnya. Ia melanjutkan pendidikan di Universitas Nasional dan Universitas Indonesia, memperluas wawasan dan memperkuat fondasi perjuangannya.
Pasca-reformasi, semangat advokasinya menemukan wadah yang lebih terinstitusi. Jumhur mendirikan Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo) pada tahun 1998, sebuah langkah konkret dalam membela hak-hak pekerja. Kiprahnya dalam memperjuangkan kesejahteraan buruh semakin dikenal luas.
Peran di Pemerintahan dan Kembali ke Akar Perjuangan
Pengalaman dan integritasnya kemudian membawanya ke ranah pemerintahan. Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumhur Hidayat dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) dari tahun 2007 hingga 2014. Posisi ini memberinya platform untuk secara langsung memperbaiki nasib para pekerja migran Indonesia, yang selama ini kerap menjadi kelompok rentan.
Setelah menyelesaikan tugasnya di pemerintahan, alih-alih berdiam diri, Jumhur kembali ke “habitat aslinya”: dunia pergerakan buruh. Ia kembali aktif menggalang kekuatan serikat pekerja. Puncaknya, pada 16 Februari 2022, ia terpilih sebagai Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) untuk periode 2022-2027. Selain itu, ia juga memimpin Federasi Serikat Pekerja Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menunjukkan perhatiannya terhadap sektor-sektor yang memiliki potensi besar namun seringkali luput dari perhatian.
Peran Sentral di ILC ILO ke-113, JenewaKiprah internasionalnya pun terus berlanjut. Pada awal Juni hingga 13 Juni 2025, Moh. Jumhur Hidayat memimpin delegasi buruh Indonesia dalam International Labour Conference (ILC) ke-113 yang diselenggarakan oleh International Labour Organization (ILO) di Jenewa, Swiss. Dalam konferensi tingkat dunia yang mempertemukan perwakilan pemerintah, pengusaha, dan pekerja dari 187 negara anggota ILO ini, Jumhur Hidayat memainkan peran sentral.
Sebagai Ketua Umum KSPSI, ia memimpin kontingen buruh Indonesia yang disebut-sebut sebagai delegasi buruh terbesar sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di ILC, dengan melibatkan 42 pemimpin serikat buruh dari berbagai konfederasi dan federasi. Kehadiran delegasi yang kuat ini menunjukkan komitmen serius gerakan buruh Indonesia dalam menyuarakan isu-isu ketenagakerjaan global.
Jumhur Hidayat juga dijadwalkan berpidato mewakili kaum buruh Indonesia di sidang pleno pada tanggal 9 Juni 2025. Dalam pidatonya, dan juga dalam diskusi-diskusi komite, Jumhur secara aktif menyuarakan berbagai isu strategis yang menjadi agenda ILC ke-113, antara lain:
- Perlindungan Pekerja dari Bahaya Biologis (Biological Hazard): Pembahasan standar internasional baru untuk melindungi pekerja dari risiko biologis di lingkungan kerja.
- Kerja Layak di Ekonomi Platform (Decent Work for Platform Economy): Isu krusial mengenai kondisi kerja dan perlindungan bagi pekerja di platform digital, seperti ojek daring, kurir, dan pekerja lepas lainnya. Jumhur meyakini bahwa kebingungan terhadap AI dan Ekonomi Platform Digital tidak akan berlangsung lama, namun perlindungan pekerja harus menjadi prioritas.
- Formalisasi Pekerja Informal: Pembahasan pendekatan inovatif untuk mendorong transisi pekerja dari sektor informal ke sektor formal, demi memastikan mereka mendapatkan perlindungan sosial dan hak-hak kerja yang layak.
- Amandemen Konvensi Pekerja Maritim (MLC 2006): Perjuangan untuk memastikan hak-hak pekerja maritim lebih terjamin.
Peran aktif Jumhur Hidayat dan delegasi buruh Indonesia dalam forum internasional ini menunjukkan bahwa suara pekerja Indonesia memiliki bobot signifikan dalam merumuskan kebijakan perburuhan global yang berkeadilan. Hasil dari ILC ke-113 ini diharapkan menjadi acuan penting bagi reformasi ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan baru di era digital dan perubahan lanskap pekerjaan.
Moh. Jumhur Hidayat adalah contoh nyata dari seorang aktivis yang mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan zaman, namun tetap teguh pada prinsipnya: berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. Dari demonstran mahasiswa, pemimpin serikat buruh, pejabat negara, hingga kembali menjadi nakhoda organisasi buruh terbesar di Indonesia dan menyuarakan aspirasi di kancah global, perjalanannya adalah sebuah kisah inspiratif tentang dedikasi tanpa henti untuk sebuah bangsa yang lebih adil dan makmur.
Tak hanya piawai dalam berorganisasi dan memimpin demonstrasi, Moh. Jumhur Hidayat juga seorang pemikir dan penulis. Ia telah menghasilkan beberapa karya penting yang mencerminkan pemikiran kritis dan pengalaman hidupnya:
- Surat-Surat dari Penjara (2000): Sebuah kumpulan surat yang ditulisnya saat berada dalam tahanan, memberikan gambaran perjuangan dan refleksi pribadinya.
- Jujur Terhadap Habibie (1999): Karyanya yang menyoroti periode transisi kepemimpinan dan reformasi.
- Bumiputera Menggugat: Salah satu karya terbarunya, yang merupakan pleidoi atau pembelaan di hadapan hakim, membahas pandangannya tentang kondisi masyarakat pribumi (bumiputera) di tengah modernisasi dan isu ketenagakerjaan, termasuk masuknya tenaga kerja asing.
Selain sebagai penulis, Jumhur juga aktif sebagai editor untuk beberapa buku yang berkaitan dengan isu ketenagakerjaan dan pembangunan, menunjukkan pemahaman mendalamnya terhadap bidang tersebut: - Editor Buku, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan Bertumpu pada SDM, Teknologi dan Partisipasi Masyarakat (1995)
- Editor buku, Membangun Hubungan Industrial Pancasila (1994)
- Editor buku, Pembaruan Sistem Upah (1994)
- Editor buku, Tenaga Kerja Agro Industri (1994)
- Editor buku, Pembangunan Regional dan Segitiga Pertumbuhan (1994)