Solidaritas Kristen Palestina untuk Pembebasan Palestina

Solidaritas Kristen Palestina untuk Pembebasan Palestina
Advertisements


Ketika isu Palestina mengemuka, narasi yang sering kita dengar adalah tentang konflik antara Muslim dan Yahudi. Namun, di balik narasi besar itu, ada suara-suara lain yang tak kalah penting, suara dari komunitas minoritas yang perjuangannya sering terabaikan: komunitas Kristen Palestina.


Sejak eskalasi konflik terkini meletus, terutama di Jalur Gaza, situasi bagi komunitas Kristen di sana menjadi semakin genting. Sebagai minoritas yang jumlahnya terus menurun, kini mereka hanya tersisa sekitar 1% dari total populasi di Palestina, jauh dari angka 10% pada tahun 1922. Di Jalur Gaza sendiri, diperkirakan hanya ada sekitar 800 hingga 1.000 umat Kristen yang masih bertahan. Mereka berada di garis depan krisis kemanusiaan, menghadapi bombardir tanpa henti, dan berjuang untuk bertahan hidup bersama dengan jutaan warga Palestina lainnya. Gereja Ortodoks Saint Porphyrius dan Gereja Katolik Keluarga Kudus menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi ratusan umat Kristen dan Muslim. Tempat ibadah yang seharusnya menjadi oase spiritual justru menjadi saksi bisu kekerasan dan kehilangan.


Posisi mereka dalam konflik ini sering kali disalahpahami. Banyak yang mengira karena mereka Kristen, mereka akan berpihak pada Barat atau memiliki hubungan khusus dengan Israel. Realitasnya justru sebaliknya. Umat Kristen Palestina adalah bagian tak terpisahkan dari rakyat Palestina. Mereka telah hidup berdampingan dengan umat Muslim selama berabad-abad, berbagi sejarah, budaya, dan tentu saja, perjuangan.
Di Betlehem, Yerusalem, dan Gaza, para pemeluk Kristen tidak hanya menghadapi tantangan ekonomi dan sosial, tetapi juga ancaman nyata dari pendudukan. Mereka melihat tanah leluhur mereka disita, permukiman ilegal terus meluas, dan kebebasan bergerak mereka dibatasi. Bagi mereka, konflik ini bukanlah pertarungan agama, melainkan perjuangan politik untuk kemerdekaan dan keadilan.

Baca Juga  Kontroversi Supersemar di Era Orde Baru


Suara mereka lantang dalam menentang pendudukan. Pemimpin gereja, aktivis, dan warga sipil Kristen Palestina secara konsisten mengutuk pendudukan Israel. Mereka berbicara tentang penderitaan yang dialami bersama, tentang rumah-rumah yang dihancurkan, dan tentang mimpi akan negara Palestina yang merdeka. Solidaritas mereka dengan umat Muslim adalah bukti nyata bahwa persatuan dalam perjuangan melampaui batas-batas agama.


Namun, di tengah perjuangan yang sulit ini, mereka juga menghadapi tantangan ganda. Mereka sering kali merasa ditinggalkan oleh sebagian besar umat Kristen di dunia, yang terpengaruh oleh narasi pro-Israel di media Barat. Ironisnya, komunitas yang berada di Tanah Suci tempat agama mereka berasal justru merasa suaranya tidak didengar oleh saudara seiman mereka di belahan dunia lain.


Kisah komunitas Kristen Palestina adalah pengingat penting bagi kita semua. Bahwa perjuangan untuk keadilan di Palestina tidak terbatas pada satu kelompok agama. Ini adalah perjuangan kemanusiaan. Memahami posisi mereka bukan hanya tentang menghargai keragaman, tetapi juga tentang melihat gambaran besar dari konflik yang sering kali disederhanakan menjadi isu agama. Dengan mendengarkan suara mereka, kita bisa melihat perjuangan Palestina dalam perspektif yang lebih kaya dan utuh.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *