MAKNews, Jakarta – Presiden Terpilih Prabowo Subianto meresmikan delapan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) dalam sebuah acara yang berlangsung di PLTP Dieng, Jawa Tengah. Proyek-proyek ini diklaim sebagai bagian dari upaya mempercepat transisi energi Indonesia menuju sumber terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Delapan proyek yang diresmikan meliputi pembangunan maupun ekspansi fasilitas geothermal di berbagai wilayah, seperti:
- PLTP Dieng Unit 2 (Jawa Tengah)
- PLTP Patuha Unit 2 (Jawa Barat)
- PLTP Ulumbu Unit 5–6 (Nusa Tenggara Timur)
- PLTP Lahendong Unit 7 (Sulawesi Utara)
- PLTP Seulawah Agam (Aceh)
- PLTP Lumut Balai Unit 2 (Sumatera Selatan)
- PLTP Sorik Marapi (Sumatera Utara)
- PLTP Rajabasa (Lampung)
Total kapasitas gabungan proyek-proyek tersebut diperkirakan lebih dari 400 megawatt (MW), yang menurut pemerintah akan mendukung target bauran energi nasional serta membuka lapangan kerja lokal di sektor energi bersih.
Namun, pengamat energi dan lingkungan mengingatkan bahwa peresmian semata tidak menjamin keberhasilan proyek di lapangan. Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyatakan bahwa proyek-proyek panas bumi selama ini kerap menghadapi tantangan pada tahap eksplorasi dan perizinan. Ia menilai, tanpa dukungan regulasi yang konsisten dan mekanisme pembiayaan yang jelas, banyak proyek berisiko tertunda atau tidak mencapai target produksi.
Hingga pertengahan 2025, kontribusi energi terbarukan terhadap bauran energi nasional baru mencapai sekitar 14%, tertinggal dari target 23% yang dicanangkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Beberapa proyek geothermal sebelumnya tercatat mengalami penundaan hingga bertahun-tahun akibat kendala teknis dan konflik lahan.
Meskipun begitu, pemerintah tetap menyatakan optimismenya terhadap kontribusi geothermal sebagai bagian penting dari strategi energi nasional. Kementerian ESDM menyebut bahwa percepatan pembangunan PLTP akan terus diupayakan melalui kerja sama antara BUMN, swasta, dan pemerintah daerah.***