MAKnews.com – Siklon Tropis adalah sistem tekanan udara rendah non-frontal yang berskala sinoptik, terbentuk di atas perairan laut hangat di wilayah tropis. Sistem ini dicirikan oleh angin kencang berputar yang kecepatannya minimal mencapai 63 km/jam (34 knot) dan memiliki wilayah perawanan konvektif yang teratur.
Enam Syarat Kunci Pembentukan
Sistem ini hanya dapat berkembang jika enam syarat atmosfer berikut terpenuhi:
- Suhu Permukaan Laut (SST) Tinggi: Minimal 26,5 celcius hingga kedalaman 50 meter, berfungsi sebagai sumber energi badai.
- Kelembaban Tinggi: Udara yang tidak stabil dengan tingkat kelembaban tinggi di lapisan troposfer.
- Gaya Coriolis Cukup: Terbentuk di luar garis 5 Lintang Utara/Selatan agar putaran angin dapat terbentuk.
- Angin Vertikal Rendah: Perbedaan kecepatan dan arah angin antar lapisan atmosfer harus rendah agar struktur badai tetap utuh.
- Adanya Gangguan Atmosfer: Harus sudah ada pusaran atau gangguan cuaca awal (seperti gelombang timur).
- Sirkulasi Tertutup: Sistem tekanan rendah dengan sirkulasi yang jelas di lapisan bawah.
Indonesia berada di jalur lintasan siklon tropis, sehingga sering terkena dampaknya. Kasus bencana di Sumatera, seperti yang dipicu oleh Siklon Tropis Senyar, menunjukkan bahwa ancaman utama bukanlah angin badai langsung, melainkan dampak hidrometeorologi ikutan:
- Curah Hujan Ekstrem: Siklon menarik massa uap air, memicu hujan deras berkepanjangan yang melampaui kapasitas drainase.
- Banjir dan Banjir Bandang: Hujan ekstrem ini menyebabkan luapan sungai, dan sering kali mengakibatkan banjir bandang di kawasan pegunungan.
- Tanah Longsor: Intensitas hujan tinggi pada daerah berkontur curam, terutama di wilayah seperti Pegunungan Bukit Barisan, memicu pergerakan tanah dan longsor.
- Gelombang Tinggi: Mengganggu aktivitas maritim dan menyebabkan abrasi di wilayah pesisir.
Pemantauan Siklon Tropis di Indonesia dilakukan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta.
Teknologi Pemantauan:
- Satelit Cuaca: Untuk deteksi posisi dan intensitas awal (misalnya dari Satelit Himawari).
- Model Prediksi Numerik: Untuk memprediksi jalur pergerakan (track) dan kekuatan badai hingga beberapa hari ke depan.
- Radar Cuaca: Untuk memantau dampak hujan di daratan.
BMKG secara rutin mengeluarkan Peringatan Dini yang mencakup posisi badai, kecepatan angin, dan prediksi dampak ikutan bagi wilayah Indonesia.
Kunci menghadapi dampak siklon adalah kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologi.
| Fase | Tindakan Kesiapsiagaan |
| Sebelum Badai | Pantau informasi resmi BMKG, siapkan Tas Siaga Bencana (Survival Kit), kenali rute evakuasi (terutama di wilayah rawan banjir/longsor). |
| Saat Badai | Jauhi jendela dan pohon/baliho yang berpotensi roboh. Jangan menerobos genangan air. Segera evakuasi jika tinggal di daerah aliran sungai atau lereng bukit yang rawan longsor. |
| Pasca-Badai | Waspadai bahaya listrik dari kabel jatuh, hindari area yang masih tergenang, dan prioritaskan kebersihan untuk menghindari penyakit bawaan air. |
Status Terkini (12 Desember 2025)
Saat ini, BMKG memantau pergerakan Bibit Siklon Tropis 91S (Potensi Bakung) di Samudra Hindia barat daya Lampung dan 93S di selatan NTB. Meskipun diprediksi menjauh dari daratan, kedua sistem ini masih memberikan dampak tidak langsung berupa:
- Peningkatan Curah Hujan: Di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
- Gelombang Tinggi: Berpotensi mencapai 2,5 hingga 4,0 meter di Samudra Hindia dan perairan selatan Indonesia.
Masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

