Fenomena Rojali: Ramai Pengunjung, Sepi Transaksi

Fenomena Rojali: Ramai Pengunjung, Sepi Transaksi
Advertisements

MAKNews, Jakarta – Istilah “Rojali”, kependekan dari rombongan jarang beli, kini ramai diperbincangkan sebagai cerminan realita sosial dan ekonomi masyarakat. Fenomena ini menggambarkan kondisi ketika banyak orang datang beramai-ramai ke pusat perbelanjaan atau kafe, namun hanya sedikit yang benar-benar melakukan transaksi atau belanja.

Fenomena Rojali banyak ditemukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Para pengunjung biasanya datang untuk bersantai, menikmati pendingin ruangan, atau hanya berswafoto, tetapi tidak membeli produk atau jasa secara signifikan. Hal ini menciptakan kesan pusat perbelanjaan yang ramai, padahal perputaran uang sebenarnya relatif rendah.

Beberapa pengamat melihat bahwa Rojali merupakan tanda dari lemahnya daya beli masyarakat. Meskipun kebutuhan akan hiburan dan ruang sosial tetap tinggi, masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran demi menjaga stabilitas finansial. Ini diperkuat dengan tren meningkatnya konsumsi hiburan gratis atau murah dibanding belanja barang konsumtif.

Di sisi lain, fenomena ini berdampak beragam pada pelaku usaha. Sebagian bisnis makanan dan minuman tetap mendapat pemasukan dari pembelian ringan, namun banyak juga pelaku UMKM yang mengeluhkan stagnasi penjualan akibat pola kunjungan yang tidak berbanding lurus dengan transaksi.

Fenomena Rojali juga dianggap sebagai bentuk adaptasi masyarakat dalam menghadapi tekanan ekonomi, termasuk inflasi dan ketidakpastian pendapatan. Pusat perbelanjaan pun mulai mengkaji ulang strategi mereka agar tidak hanya menjadi tempat hiburan gratis, tetapi juga dapat mengonversi keramaian menjadi keuntungan riil.***

Baca Juga  Ibrahim Sjarief Assegaf, Suami Najwa Shihab, Berpulang karena Stroke

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *