Zohran Mamdani: Muslim Sosialis Demokrat yang Mengejutkan AS

Zohran Mamdani: Muslim Sosialis Demokrat yang Mengejutkan AS

Pada 24 Juni 2025, New York City menggelar pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk menentukan calon wali kota yang akan bertarung dalam pemilihan umum November 2025 mendatang. Pemilihan ini menggunakan sistem ranked-choice voting, di mana pemilih memeringkat kandidat sesuai preferensi, dan hasilnya mungkin baru diumumkan beberapa minggu kemudian karena proses penghitungan yang kompleks. Zohran Mamdani, anggota DPRD New York dari distrik Queens berusia 33 tahun, muncul sebagai kandidat utama, bersaing ketat dengan tokoh berpengalaman seperti mantan Gubernur Andrew Cuomo. Dengan platform sosialis demokrat yang progresif, energi pemuda, dan kemampuan memobilisasi massa melalui media sosial, Mamdani tidak hanya menjadi harapan bagi generasi muda, tetapi juga inspirasi bagi politik berbasis prinsip di era modern. Zohran juga hadir dikalanhan akar rumput kota New York. Berikut profil Zohran seperti rangkum oleh Rubiyanto Arbi (AS)

Dari Uganda ke New York

Lahir dengan nama Zohran Kwame Mamdani pada 1991 di Kampala, Uganda, dari keluarga muslim intelektual dan kreatif. Ibunya, Mira Nair, adalah sutradara film ternama yang dikenal dengan karya seperti Monsoon Wedding dan The Namesake, sementara ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang akademisi terkemuka di Universitas Columbia yang spesialis dalam studi pasca-kolonial dan politik Afrika. Pada usia tujuh tahun, Zohran pindah ke New York bersama keluarganya, membawa serta perspektif global yang membentuk pandangannya tentang keadilan sosial.

Tumbuh di lingkungan yang kaya akan diskusi intelektual, Mamdani terpapar pada isu-isu seperti ketimpangan ekonomi, rasisme, dan dampak kolonialisme sejak dini. Ia menempuh pendidikan di Bowdoin College, Maine, di mana ia mempelajari sejarah dan mulai terlibat dalam aktivisme mahasiswa. Pengalaman ini memperkuat keyakinannya bahwa perubahan sistemik hanya mungkin melalui aksi kolektif dan organisasi akar rumput.

Berpolitik: Perjuangan untuk Queens

Karier politik Mamdani dimulai pada 2020, ketika ia mencalonkan diri sebagai anggota DPRD New York untuk Distrik 36 di Queens, sebuah wilayah yang dikenal dengan keragaman etnis dan tantangan ekonomi seperti krisis perumahan. Berbekal platform progresif, termasuk pembekuan sewa untuk apartemen dengan regulasi sewa dan transportasi umum yang lebih terjangkau, ia berhasil mengalahkan petahana dengan dukungan kuat dari Democratic Socialists of America (DSA) dan komunitas lokal.

Sebagai anggota DPRD, Mamdani dikenal karena keberaniannya dalam menghadapi kekuatan besar, seperti pemilik properti dan korporasi, demi melindungi penyewa dan pekerja. Salah satu pencapaiannya adalah mendorong legislasi untuk memperluas perlindungan penyewa selama pandemi COVID-19, yang membantu ribuan keluarga di Queens menghindari penggusuran. Pendekatannya yang berbasis komunitas—sering kali terlihat mengetuk pintu warga atau berbicara di rapat komunitas—membuatnya dihormati sebagai politisi yang benar-benar mendengarkan.

Melawan Arus

Pada 2025, Mamdani mengambil langkah besar dengan mencalonkan diri sebagai wali kota New York City, bersaing dengan tokoh berpengalaman seperti mantan Gubernur Andrew Cuomo dalam pemilihan pendahuluan Demokrat. Kampanyenya, yang bertumpu pada visi “New York untuk Semua,” menjanjikan perubahan radikal untuk mengatasi krisis keterjangkauan hidup di kota termahal di Amerika. Beberapa poin utama platformnya meliputi:
Pembekuan Sewa dan Perumahan Publik: Mamdani mengusulkan pembekuan sewa permanen untuk apartemen dengan regulasi sewa dan investasi besar dalam perumahan publik untuk mengatasi krisis perumahan.

Transportasi Umum Gratis: Ia ingin membuat bus dan kereta bawah tanah gratis, didanai melalui pajak progresif untuk korporasi dan orang kaya.

Perawatan Anak Universal: Untuk mendukung keluarga pekerja, ia mengusulkan program perawatan anak gratis yang dikelola kota.

Keadilan Iklim: Mamdani mendukung transisi energi hijau yang berpusat pada pekerja, termasuk penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan.

Kampanye Mamdani berhasil mengumpulkan lebih dari $7 juta dari donasi individu—tanpa menerima dana dari pengembang properti atau perusahaan besar—dan memobilisasi ribuan relawan untuk mengetuk lebih dari satu juta pintu di lima wilayah kota. Dukungan dari tokoh progresif seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez, serta selebriti seperti Lorde dan Cynthia Nixon, memperkuat daya tariknya di kalangan pemilih muda.

Tantangan Zohran, Islamofobia

Namun, ia juga menghadapi tantangan besar. Elit bisnis dan media konservatif, seperti The New York Post,  mengkritik agendanya sebagai “utopis” dan mengkhawatirkan dampaknya pada perekonomian kota. Selain itu, posisinya yang kritis terhadap Israel memicu tuduhan antisemitisme dari kelompok tertentu, meskipun Mamdani menegaskan komitmennya untuk melindungi semua komunitas, termasuk Yahudi dan Muslim. Ia juga menghadapi serangan Islamofobia, termasuk ancaman kematian dan kampanye negatif yang mengeksploitasi identitas Muslimnya.

Namun, bagaimana pun itu Zohran Mamdani telah mengejutkan dunia politik di AS dan  menawarkan sejumlah pelajaran berharga bagi ilmu politik kontemporer, terutama dalam konteks demokrasi urban dan gerakan progresif dunia***

Baca Juga  Fenomena Artis Mualaf : Transformasi Spiritual di Dunia Hiburan?

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *